Imajinasikuuu

Minggu, 29 Desember 2013

CARA MEMPERKAYA PERBENDAHARAAN KATA


Connect: Lebih mudah untuk menghafal kata berdasarkan tema yang umum. Buatlah kaitan antara kata-kata dan susunlah kata-kata tersebut ke dalam diagram berbentuk sarang laba-laba.

Write: Menggunakan kosa-kata di dalam kalimat dapat membantu Anda untuk selalu mengingatnya. Tulislah kalimat dengan menggunakan kosa-kata baru untuk menyusun suatu cerita menggunakan sekelompok kata atau ungkapan.



Draw: Tunjukan jiwa seni Anda dengan melukis gambar yang berhubungan dengan kata-kata yang Anda pelajari. Gambar tersebut dapat membantu ingatan Anda di kemudian hari.


Act: Tunjukkan kebolehan berakting Anda dengan melakukan gerakan-gerakan yang menungkapkan kata-kata yang Anda pelajari. Atau, bayangkan suasana di mana Anda membutuhkan kata-kata tersebut, dan mulailah melakukan adegannya.


Create: Buatlah kartu peraga dalam bahasa Inggris dan pelajari kartu tersebut di waktu luang Anda. Buatlah satu kartu baru setiap minggunya, tetapi terus pelajari lagi semuanya.


Associate: Pasang warna-warna pada kata-kata berbeda. Hal ini nantinya akan membantu Anda mengingat kosa-kata.


Listen: Pikirkan kata-kata yang mirip dengan kata-kata yang sedang Anda pelajari, terutama kata-kata yang rumit. Hubungkan kata tersebut dengan kata baru ini untuk membantu Anda mengingat cara pelafalannya.


Choose: Ingatlah bahwa topik yang menarik minta Anda akan lebih mudah Anda pelajari. Oleh karenanya, pilih secara hati-hati kata yang menurut Anda menarik dan berguna. Proses pemilihan kata tersebut bahkan akan membantu ingatan Anda.


Limit: Jangan mencoba untuk menhafal kamus dalam waktu sehari! Batasi 15 kata saja per hari, Anda tidak akan kewalahan, melainkan Anda akan meraih kepercayaan diri.a


Observe: Perhatikan kata-kata yang Anda pelajari pada saat Anda membaca atau mendengarkan kalimat berbahasa Inggris.


Melakukan banyak diskusi dengan teman-teman atau kenalan yang saya angap di bidang tertentu.


Membaca buku yang terkait dengan tema yang ingin saya ketahui.


Menggunakan kamus umum atau kamus khusus pada bidang tertentu.




Sabtu, 28 Desember 2013

STRATEGI MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

1. Ulang – Ucap
Model ucapan adalah suara guru atau rekaman suara guru. Model ucapan yang diperdengarkan kepada siswa harus dipersiapkan dengan teliti. Suara guru harus jelas, intonasinya tepat, dan kecepatan berbicara normal.
2. Lihat – Ucap
Guru memperlihatkan kepada siswa benda tertentu kemudian siswa menyebutkan nama benda tersebut. Benda-benda yang diperlihatkan dipilih dengan cermat oleh guru disesuaikan dengan lingkungan siswa. Bila bendanya tidak ada atau tidak memungkinkan dibawa ke dalam kelas, benda tersebut digantikan oleh tiruannya atau gambarnya.
 3. Memerikan
Memerikan berarti menjelaskan, menerangkan, melukiskan atau mendeskripsikan sesuatu. Sisiwa disuruh memperhatikan sesuatu benda atau gambar benda, kesibukan lalu lintas, melihat pemandangan atau gambarnya dengan teliti. Kemudian siswa diminta menjelaskan atau memeriksa apa yang telah dilihatnya secara lisan.
4. Menjawab Pertanyaan
Siswa yang susah atau malu berbicara, dapat dipancing untuk berbicara dengan menjawab sejumlah pertanyaan mengenai dirinya misalnya mengenai nama, usia, tempat tinggal, pekerjaan orang tua.
5. Bertanya
Melalui pertanyaan, siswa dapat menyatakan keingintahuannya terhadap sesuatu hal. Tingkat atau jenjang pertanyaan yang diutarakan melambangkan tingkat kedewasaan siswa. Melalui pertanyaan-pertanyaan yang sistematis siswa dapat menemukan yang diinginkannya. Anak kecil yang belajar mengenali lingkungannya sering bertanya, ini apa ? itu apa ? salah satu permainan bahasa dapat digunakan untuk latihan bertanya ialah Twenty Questions.
6. Pertanyaan Menggali
Salah satu cara membuat banyak berbicara ialah pertanyaan menggali. Jenis pertanyaan merangsang siswa banyak berfikir. Di samping memancing siswa berbicara, pertanyaan menggali juga dapat digunakan untuk menilai kedalaman dankeluasan pemahaman sisewa terhadap suatu masalah.
7.    Melanjutkan Cerita
Dua, tiga, empat orang siswa bersama-sama menyusun cerita secara spontan. Kadang-kadang guru boleh juga terlibat dalam kegiatan ini, misalnya guru mengawali cerita, dan cerita itu dilanjutkan siswa kedua, ketiga dan diakhiri oleh siswa berikutnya. 
8.    Menceritakan Kembali
Guru mempersiapkan bahan bacaan, siswa membaca bahan itu dengan seksama. Kemudian guru meminta siswa menceritakan kembali isi cerita dengan kata-katanya sendiri.
9.   Percakapan
Percakapan adalah pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu topic antara dua atau lebih pembicara. Dalam percakapan ada dua kegiatan, yakni menyimak dan berbicara silih berganti. Suasana dalam percakapan biasanya akrab, spontan dan wajar.
10   Para frase
Prafase berarti alih bentuk, misalnya memprosakan puisi atau sebaliknya mempuisikan prosa. Di sekolah kegiatan memprosakan puisi sering dilakukan daripada mempuisikan prosa.
11. Reka Cerita Gambar
Sebuah gambar atau rangkaian beberapa gambar merupakan sarana ampuh untuk memancing, mendorong atau memotivasi seorang siswa berbicara. Penghayatan atau pemahaman terhadap suatu gambar atau seri gambar akan berbeda antara satu siswa dengan siswa yang lainnya.
12. Bercerita
Kegiatan bercerita menuntun siswa kearah pembicaraan siswa yang lebih baik. Lancar bercerita berarti lancer berbicara. Dalam bercerita siswa dilatih berbicara jelas, intonasi yang tepat, urutan kata sistematis, menguasai masa mendengarkan dan berperilaku menarik.
13. Memberi Petunjuk
Memberi petunjuk mengerjakan sesuatu, petunjuk mengenai arah atau letak sesuatu tempat menuntut sejumlah persyaratan. Petunjuk harus jelas, singkat dan tepat. Siswa yang sering berlatih member petunjuk secara lisan, akan mendapat keuntungan keterampilan berbicara. 
14.   Melaporkan
Melaporkan berarti menyampaikan gambaran, lukisan atau peristiwa terjadinya sesuatu hal. Hal yang dilaporkan daapt berwujud bermacam-macam, misalnya pertandingan olahraga. 
16. Bermain Peran
Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku dan berbahasa seperti orang yang diperankannya. Dari segi bahasa, berarti siswa harus mengenal dan dapat menggunakan ragam-ragam bahasa.
17. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dalam bentuk Tanya jawab, pewawancara biasanya wartawan atau penyiar radio atau televise. Orang yang diwawancara adalah orang yang berprestasi, ahli atau istimewa. Melalui kegiatan latihan wawancara siswa dapat mengembangkan keterampilan berbicaranya.
18. Diskusi
Diskusi adalah proses perlibatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan tatap muka, mengenai tujuan yang sudah dicapai melalui tukar pendapat. Diskusi merupakan sarana yang ampuh bagi pengembanagan keterampilan berbicara. Berlatih didkusi berarti berlatih berbicara.
19. Bertelepon
Bertelepon adalah percakapan anatara pribadi dalam jarak jauh. Komunikasi ini sejenis komunikasi lisan jarak jauh. Ciri khas bertelepon ialah berbicara jelas, singkat dan lugas.
20.  Dramatisasi
Dramatisasi atau bermain drama adalah mementaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Melalui dramatisasi siswa dilatih mengekspresikan perasaan dan pikirannya dalam bentuk bahasa lisan.
Evaluasi Berbicara
            Pengecekan kemampuan berbicara siswa dilakukan dengan mengacu pada kompetensi dasar sebagaimana ditetapkan dalam kurikulum. Adapun bentuk evaluasi yang dilakukan sebaiknya lebih kontekstual melalui pemberian tes. Bentuk tes yang tepat dipilih guru antara lain tes tes performasi (performance test). Dengan demikian, evaluasi yang dilakukan dirasakan anak lebih bermakna, dan guru mendapatkan data kemampuan siswa secara otentik. Adapun bentuk evaluasi lainnya sebagai berikut :
1)      Pengulangan
Melalui rekaman diperdengarkan kalimat pendek dan siswa diminta mengulang.
2)      Hafalan
Siswa mengucapkan suatu sajak yang sudash dihafalkan. Guru menilai dengan menggunakan pedoman penilaian yang sudah dipersiapkan, misalnya dengan suatu daftar penilaian seperti berikut.
    Aspek
Siswa
Lafal
Kelancaran
Kejelasan
Intonasi
Jumlah
Untuk memberikan nilai dapat digunakan skala 1-5 untuk setiap aspek yang dinilai.
3)      Percakapan terpimpin
Guru menceritakan situasi percakapan, misalnya antara guru dan siswa. Dua orang siswa diminta melakukan percakapan itu. Untuk membantu ingtan siswa, diberikan beberapa kata kunci.
4)      Percakapan Bebas/Wawancara
Tes ini merupakan tes berbicara yang paling wajar. Tes ini berbentuk bebas antara siswa dengan guru atau dengan pewawancara yang baik. Jika digunakan cara terakhir (dengan pewawancara) guru sama sekali tidak mencampuri percakapan. Ia dapat duduk dibelakang siswa sambil memberikan penilaian yang lebih objektif dan cermat. Pemberian nilai tes berbicara dalam bentuk wawancara ini harus dilakukan secara langsung.
a.     Bunyi suara merupakan suatu faktor yang penting dalam meningkatkan cara pemakaian kata-kata sang anak.
b.      Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak. Umumnya anak mempergunakan bahasa yang didengar serta disimaknya (Dawson {et all}, 1963:29; Tarigan, 1985:2)

KETERAMPILAN BERBICARA


1. Pengertian

Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa karena kompetensi keterampilan berbicara adalah komponen terpenting dalam tujuan pembelajaran bahasa Indonesia. Berbicara sebagai salah satu dari empat keterampilan berbahasa memiliki peran yang sangat penting dalam berkomunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan siswa agar mampu berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Selain untuk meningkatkan siswa agar mampu berkomunikasi, pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki sikap positif yaitu mau menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam berkomunikasi. Komponen yang paling penting dalam berkomunikasi adalah keterampilan berbicara. Nurhadi (1995: 342) menjelaskan bahwa berbicara merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa yang berfungsi untuk menyampaikan informasi secara lisan. Berbicara berarti mengemukakan ide atau pesan lisan secara aktif. Dalam menyampaikan pesan, informasi yang disampaikan harus mudah dipahami oleh orang lain agar terjadi komunikasi secara lancar.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 196) tertulis bahwa berbicara adalah “berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat (dengan perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding”.

Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain(Depdikbud, 1984:3/1985:7). Pengertiannya secara khusus banyak dikemukakan oleh para pakar. Henry Guntur Tarigan (2008:16), mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan sebagai bentuk atau wujudnya berbicara disebut sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.

Sty Slamet (2007:12) menjelaskan bahwa berbicara adalah kegiatan mengekspresikan gagasan, perasaan, dan kehendak pembicara yang perlu diungkapkan kepada orang lain dalam bentuk ujaran. Sedangkan menurut Sabarti Ahdiah (1992:3) berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Selanjutnya Nurhatim (2009:1) berbicara adalah bentuk komunikasi verbal yang dilakukan manusia dalam rangka pengungkapan gagasan dan ide yang telah disusun dalam pikiran.

Menurut Suharyanti (1996:5), berbicara adalah suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) yang dapat dilihat (visualble) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan yang dikomunikasikan

Maeda G Arsjad dan Mukti U.S. (1988:17) menjelaskan bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata yang mengekspresikan, menyatakan, dan menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian (juncture).

Chaney (Hayriye Kayi, 2009:1) mendefinisikan speaking is theprocessof building and sharing meaning throught the use of verbal and non verbal symbols, in variety of contexts, yang artinya berbicara adalah proses menyampaikan berbagai maksud dan tujuan secara lisan dan tanpa memakai simbol – simbol dalam berbagai hal. Menurut Hayriye Kayi pula bahwa speaking is a crucial part of second language learning and teaching yang artinya berbicara merupakan suatu bagian dari pembelajaran berbahasa dan kegiatan mengajar.

Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi sebab di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain (Haryadi dan Zamzani, 1997:54).

Berbicara merupakan salah satu aspek yang penting dibelajarkan kepada siswa karena berbicara melibatkan kegiatan produktif siswa dalam menyampaikan ujaran secara lisan (Nurhatim, 2009:1). Dalam kegiatan berbicara akan dapat berjalan dengan baik apabila antar pembicara sama- sama menguasai bahasa pendengar (Sty Slamet, 2007:12).

Berbicara merupakan tuntutan kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial (homo homine socius) agar mereka dapat berkomunikasi dengan sesamanya Stewart dan Kenner Zimmer (Depdikbud, 1984/85:8) memandang kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan dalam setiap individu, baik aktivitas individu maupun kelompok. Kemampuan berbicara yang baik sangat dibutuhkan dalam berbagai jabatan pemerintahan, swasta, juga pendidikan. Seorang pemimpin, misalnya, perlu menguasai keterampilan berbicara agar dapat menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi terhadap program pembangunan. Seorang pedagang perlu menguasai keterampilan berbicara agar dapat meyakinkan dan membujuk calon pembeli. Demikian halnya pendidik, mereka dituntut menguasai keterampilan berbicara agar dapat menyampaikan informasi dengan baik kepada anak didiknya. 2. Proses Berbicara

Proses keterampilan berbicara dimulai sejak kecil. Ketika manusia belajar dari mendengar atau menyimak kemudian berbicara sesuai apa yang ia dengar, dilanjutkan dengan belajar membaca dan menulis. Berbicara sendiri merupakan aspek yang sangat mendukung dalam proses komunikasi secara lisan yaitu dengan belajar berbicara maka belajar berkomunikasi. Manusia sendiri setiap harinya hakehidupan manusia

Manusia kemudian dapat berkomunikasi dengan bahasa dan berbicara agar maksud yang ingin disampaikan dapat tersampaikan kepada rekan bicara. Tahap ini akan berlanjut dengan berbicara untuk menyampaikan ide atau gagasan kepada pendengar di muka umum. Dalam tahap ini ada beberapa orang yang mengalami kendala. Alasan terbesar dari kondisi ini adalah karena kurang percaya diri yang mengakibatkan demam panggung.

Ellis, (Rofi’uddin dan Zuchdi 2001: 7) mengemukakan adanya tiga cara untuk mengembangkan secara vertikal dalam meningkatkan kemampuan berbicara, yaitu: (1) menirukan pembicaraan orang lain (khususnya guru); (2) mengembangkan bentuk-bentuk ujaran yang telah dikuasai; dan (3) mendekatkan atau menyejajarkan dua bentuk ujaran, yaitu bentuk ujaran sendiri yang benar dan ujaran orang dewasa (terutama guru) yang sudah benar. Maidar G. Arsjad dan Mukti U. S. (1988: 31) menyatakan suksesnya sebuah pembicaraan sangat tergantung kepada pembicara dan pendengar. Untuk itu dituntut beberapa peryaratan kepada seorang pembicara dan pendengar. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan oleh seorang pembicara, yaitu; (1) menguasai masalah yang dibicarakan; (2) mulai berbicara kalau situasi sudah mengizinkan; (3) pengarahan yang tepat akan dapat memancing perhatian pendengar; (4) berbicara harus jelas dan tidak terlalu cepat; (5) pandangan mata dan gerak-gerik yang membantu; (6) Pembicaraan sopan, terhormat, dan melihatkan rasa persaudaraan; (7) dalam komunikasi dua arah, mulailah berbicara kalau sudah dipersilahkan; (8) kenyaringan suara; (9) pendengar akan lebih terkesan kalau ia dapat menyaksikan pembicaraan sepenuhnya.

Bukti proses keterampilan berbicara ini ditunjukkan ketika seseorang senang mendengarkan atau menyimak, membaca dan menulis maka kemampuan berbicaranya akan baik, karena menguasai bahan yang cukup untuk dibicarakan atau didiskusikan dengan rekan bicara. Apalagi disertai dengan kepercayaan diri pengalaman yang cukup, maka seseorang tersebut akan fasih berbicara di depan umum tanpa canggung. Bahkan seseorang yang pandai berbicara di depan umum akan mampu mempengaruhi pendengarnya. Tompkins dan Hoskisson (Rofi’uddin dan Zuchdi 2001: 8) menyatakan bahwa proses pembelajaran berbicara dengan berbagai jenis kegiatan, yaitu percakapan berbicara estetik, berbicara untuk menyampaikan informasi atau untuk mempengaruhi kegiatan berbicara dengan bercerita. Langkah- langkahnya di uraikan sebagai berikut.

a. Percakapan

Memulai percakapan seorang murid secara sukarela atau dengan ditunjuk guru membuka pembicaraan.
Menjaga berlangsungnya percakapan Apabila terjadi perbedaan selama mengadakan percakapan murid murid harus dapat mengatasinya dengan baik sehingga tidak terjadi pertengkaran.
Mengakhiri percakapan Murid-murid seharusnya dapat mencapai suatu persetujuan, sudah menjawab semua pertanyaan atau sudah melaksanakan tugas dengan baik

b. Berbicara Estetik (mendongeng)
Memilih cerita Hal yang paling penting dalam memilih cerita adalah memilih cerita yang menarik
Menyiapkan diri untuk bercerita Murid-murid hendaknya membaca kembali dua atau tiga kali cerita yang akan diceritakan untuk memahami perwatakan pelaku-pelakunya dan dapat diceritakannya secara urut.
Menambah barang-barang yang diperlukan Tiga barang yang dapat digunakan untuk membuat cerita lebih menarik ialah gambar-gambar yang ditempelkan di papan, boneka dan benda-benda yang menggambarkan pelaku binatang atau barang-barang yang diceritakan.
Bercerita atau mendongeng. Dapat dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil sehingga penggunaan waktunya dapat efisien.
Berbicara Untuk Menyampaikan Informasi atau Mempengaruhi Ketiga macam bentuk kegiatan yang termasuk jenis kegiatan ini ialah melaporkan informasi secara lisan, melakukan wawancara dan berdebat.c. Kegiatan Dramatik.

Memiliki kekuatan sebagai teknik pembelajaran bahasa karena melibatkan murid- murid dan kegiatan berpikir logis dan kreatif.

3. Faktor-faktor Penunjang Keterampilan Berbicara

Dalam berkomunikasi seseorang harus memperhatikan faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi dan menunjang kegiatan berbicara. Hal ini dimaksudkan agar dapat mencapai hasil yang memuaskan seperti yang telah direncanakan dan ditargetkan. Keterampilan berbicara seseorang sangat dipengaruhi oleh dua faktor penunjang utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah segala sesuatu potensi yang ada di dalam diri orang tersebut, baik fisik maupun nonfisik (psikis). Faktor fisik adalah menyangkut dengan kesempurnaan organ-organ tubuh yang digunakan didalam berbicara misalnya, pita suara, lidah, gigi, dan bibir, sedangkan faktor nonfisik diantaranya adalah: kepribadian (kharisma), karakter,temparamen, bakat (talenta), cara berfikir dan tingkat intelegensi. Sedangkan faktor eksternal misalnya tingkat pendidikan, kebiasaan, dan lingkungan pergaulan (http://putrychan. Wordpress.com/2009/07/18/tugas-dasar-dasar-berbicara/).

Untuk dapat menjadi pembicara yang baik, seorang pembicara selain harus memberikan kesan bahwa ia menguasai masalah yang dibicarakan, si pembicara juga harus memperlihatkan keberaniannya. Selain itu pembicara harus berbicara dengan jelas dan tepat. Keterampilan berbicara ditunjang oleh beberapa faktor, yang oleh Maidar G. Arsjad dan Mukti U. S. (1988: 17) dikelompokkan kedalam dua unsur, yakni faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan.

a. Faktor-faktor kebahasaan sebagai penunjang keefektifan berbicara, antara lain.
Ketepatan ucapan;
Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai;
Pilihan kata (diksi); dan
Ketepatan sasaran pembicaraan.

b. Faktor nonkebahasaan yang mendukung keterampilan berbicara, antara lain.
Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku;
Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara;
Kesediaan menghargai pendapat orang lain;
Gerak-gerik dan mimik yang tepat;
Kenyaringan suara juga sangat menentukan;
Kelancaran, relevansi/penalaran, dan
Penguasaan topik.

Menurut Marwoto dan Yant Mujiyanto (1998: 2) berbicara juga memerlukan beberapa hal yang mendukung keterampilan tersebut, diantaranya: (1) penalaran bahasa, logika, metodologi, sistematika, transformasi IPTEKS (ilmu pengetahuan, teknologi, agama, dan seni); (2) kompetensi bahasa; (3) penguasaan materi pembicaraan; (4) konsentrasi yang tinggi; (5) pelafalan kata-kata dengan jelas dan fasih; (6) ketenangan jiwa; dan (7) pemahaman psikologi massa serta ekspresi wajah dan anggota badan yang mendukung.

Mulgrave (Henry Guntur Tarigan, 2008: 16) memberikan batasan mengenai penunjang keterampilan berbicara, antara lain: (1) pemahaman berbicara terhadap penyimak dan bahan pembicaraan; (2) sikap yang tenang dan mudah menyesuaikan diri; serta (3) kewaspadaan dan antusiasme sang pembicara. Sementara itu, Henry Guntur Tarigan (2008: 5) menuturkan bahwa kemampuan berbahasa lisan mencakup ujaran yang jelas dan lancar, kosakata yang luas dan beraneka ragam, penggunaan kalimat-kalimat yang lengkap dan sempurna bila diperlukan, pembedaan pendengaran yang tepat, dan kemampuan mengikuti serta menelusuri perkembangan urutan suatu cerita, atau menghubungkan kejadian-kejadian dalam urutan yang wajar serta logis.

Di samping itu, Powers (Henry Guntur Tarigan, 2008: 20) pun turut mengetengahkan beberapa hal yang menunjang keberhasilan sesorang pembicara dalam mengembangkan keterampilannya tersebut. Menurutnya, ada empat keterampilan yang menunjang keterampilan berbicara seperti yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Keterampilan sosial ialah kemampuan untuk berpartisipasi secara efektif dalam hubungan-hubungan masyarakat. Keterampilan ini menuntut seorang pembicara untuk mengetahui beberapa hal sebagai berikut.
Apa yang harus dikatakan?
Bagaimana cara mengatakannya?
Kapan mengatakannya?
Kapan tidak mengatakannya?

bb. Keterampilan semantik adalah kemampuan untuk mempergunakan kata-kata dengan tepat dan penuh pengertian.

c. Keterampilan fonetik yakni kemampuan membentuk unsur-unsur fonemik bahasa kita secara tepat. Hal ini berkaitan dengan hubungan-hubungan perorangan yang menentukan apakah seseorang itu diterima sebagai anggota kelompok atau sebagai orang luar.

d. Keterampilan vokal yakni kemampuan untuk menciptakan efek emosional yang diinginkan dengan suara pembicara. Hal ini bisa dilakukan melalui suara, karena hal ini mampu memperlihatkan kepribadian seseorang.

Dapat disimpulkan bahwa keberhasilan seseorang untuk dapat terampil berbicara ditunjang oleh beberapa faktor yang terbagi menjadi dua, yakni faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. Faktor kebahasaan berkaitan dengan penguasaan unsur-unsur linguistik dan kaidah tata bahasa lainnya, sedangkan nonkebahasaan berhubungan dengan penguasaan diri, sikap, dan hubungan sosial pembicara.

4. Tujuan Berbicara

Tujuan berbicara adalah untuk menginformasikan, untuk melaporkan sesuatu hal pada pendengar. Sesuatu tersebut dapat berupa, menjelaskan sesuatu proses, menguraikan, menafsirkan, atau menginterpretasikan sesuatu hal, memberi, menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan, menjelaskan kaitan, hubungan, relasi antara benda, hal, atau peristiwa.

5. Fungsi Berbicara

Fungsi umum berbicara ialah sebagai alat komunikasi sosial. Berbicara sangatlah menyatu dengan kehidupan manusia,dan setiap manusia menjadi anggota masyarakat. Aktivitas sebagai anggota masyarakat sangat tergantung pada penggunaan tutur kata masyarakat setempat. Gagasan, ide,pemikiran,harapan dan keinginan disampaikan dengan berbicara. Aksi dan reaktif manusia dalam kelompok masyarakat tergantung pada tutur kata yang digunakan karena keslamatan seseorang itu ada pada pembicaraannya.

Dapatkah anda membayangkan kehidupan tanpa ada yang berbicara? Komunikasi pun akan terputus,dan bias – bias peradapan manusia tidak akan pernah maju. Sesungguhnya dengan berbicara itu menandakan keberadapan manusia dan dari bahasa atau bicara tersebut kita dapat memahami keinginan, motif, latar belakang, pergaulan dan adat istiadat seseorang.

Adapun fungsi berbicara secara khusus ialah :
Berbicara berfungsi untuk mengungkapkan perasaan seseorang.
Berbicara berfungsi untuk memotivasi orang lain agar bersikap dan berbuat sesuatu.
Berbicara berfungsi untuk membicarakan sesuatu permasalahan dengan topik tertentu.
Berbicara berfungsi untuk menyampaikan pendapat, amanat, atau pesan.
Berbicara berfungsi untuk saling menyapa atau sekedar untuk mengadakan kontak.
Berbicara berfungsi untuk membicarakan masalah dengan bahasa tertentu.
Berbicara berfungsi sebagai alat penghubung antar daerah dan budaya
Relevansi Berbicara dengan Keterampilan Bahasa Lainnya

Berbicara merupakan keterampilan dalam menyampaikan pesan melalui bahasa lisan kepada orang lain. Penggunaan bahasa secara lisan dapat pula dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi berbicara secara langsung adalah sebagai berikut: (a) pelafalan; (b) intonasi; (c) pilihan kata; (d) struktur kata dan kalimat; (e) sistematika pembicaraan; (f) isi pembicaraan; (g) cara memulai dan mengakhiri pembicaraan; dan (h) penampilan.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut dapat ditelusuri relevansi materi keterampilan Berbicara dengan materi bahasa lainnya. Dari segi pelafalan Berbicara berkaitan dengan Fonologi. Dari segi intonasi Berbicara berkaitan dengan Sintaksis. Dari segi pilihan kata Berbicara berkaitan dengan Semantik. Dari segi struktur kata Berbicara berkaitan dengan Linguistik dan Sintaksis. Dari segi sistematika dan isi pembicaraan Berbicara berkaitan dengan Wacana. Berbicara juga berkaitan dengan Analisis Kesalahan Berbahasa karena dalam berbicara orang sering membuat kesalahan pelafalan, intonasi, pilihan kata, struktur kata, dan kalimat.

Aspek-aspek keterampilan bahasa lainnya yang berkaitan dengan keterampilam berbicara adalah menyimak, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut berkaitan erat, antara berbicara dengan menyimak, berbicara dengan menulis, dan berbicara dengan membaca.a. Hubungan Berbicara dengan Menyimak

Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang berbeda namun berkaitan erat dan tak terpisahkan. Kegiatan menyimak didahului oleh kegiatan berbicara. Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi, bertelepon, tanya-jawab, interview, dan sebagainya.

Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi, tidak ada gunanya orang berbicara bila tidak ada orang yang menyimak. Tidak mungkin orang menyimak bila tidak ada orang yang berbicara. Melalui kegiatan menyimak siswa mengenal ucapan kata, struktur kata, dan struktur kalimat.

Keterampilan berbicara menunjang keterampilan bahasa lainnya. Pembicara yang baik mampu memberikan contoh agar dapat ditiru oleh penyimak yang baik. Pembicara yang baik mampu memudahkan penyimak untuk menangkap pembicaraan yang disampaikan.

Berbicara dan menyimak merupakan kegiatan berbahasa lisan, dua-duanya berkaitan dengan bunyi bahasa. Dalam berbicara seseorang menyampaikan informasi melalui suara atau bunyi bahasa, sedangkan dalam menyimak seseorang mendapat informasi melalui ucapan atau suara.

Berbicara dan menyimak merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan, kegiatan berbicara selalu disertai kegiatan menyimak, demikian pula kegiatan menyimak akan didahului kegiatan berbicara. Keduanya sama-sama penting dalam komunikasi.

b. Hubungan Berbicara dengan Membaca

Berbicara dan membaca berbeda dalam sifat, sarana, dan fungsi. Berbicara bersifat produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan dan berfungsi sebagai penyebar informasi. Membaca bersifat reseptif melalui sarana bahasa tulis dan berfungsi sebagai penerima informasi.

Bahan pembicaraan sebagian besar didapat melalui kegiatan membaca. Semakin sering orang membaca semakin banyak informasi yang diperolehnya. Hal ini merupakan pendorong bagi yang bersangkutan untuk mengekspresikan kembali informasi yang diperolehnya antara lain melalui berbicara.

c. Hubungan Berbicara dengan Menulis

Kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis bersifat produktif-ekspresif. Kedua kegiatan itu berfungsi sebagai penyampai informasi. Penyampaian informasi melalui kegiatan berbicara disalurkan melalui bahasa lisan, sedangkan penyampaian informasi dalam kegiatan menulis disalurkan melalui bahasa tulis.

Informasi yang digunakan dalam berbicara dan menulis diperoleh melalui kegiatan menyimak ataupun membaca. Keterampilan menggunakan kaidah kebahasaan dalam kegiatan berbicara menunjang keterampilan menulis. Keterampilan menggunakan kaidah kebahasaan menunjang keterampilan berbicara.




TEKNIK MENYIMAK YANG EFEKTIF

Untuk dapat menyimak dengan baik, perlu mengetahui syarat menyimak efektif. Adapun syarat tersebut ialah: (1) menyimak dengan berkonsentrasi , (2) menelaah materi simaka, (3) menyimak dengan kritis, dan (4) membuat catatan. (Universitas Terbuka, 1985:35).

Berikut ini adalah masing-masing hal itu.


Menyimak dengan Berkonsentrasi



Yang dimaksud dengan menyimak berkonsentrasi ialah memusatkan pikiran perasaan, dan perhatian terhadap bahan simakan yang disampaikan pembicara. Untuk dapat memusatkan perhatian terhadap bahan simakan yang disampaikan pembicara dengan baik, penyimak harus dapat menghindari gangguan menyimak, baik yang berasal dari dirinya sendiri ataupun yang berasal dari luar. Beberapa faktor luar yang dimaksudkan di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Orang yang Datang Terlambat

Pada prinsipnya orang yang datang terlambat ke tempat ceramah akan mengganggu penyimak yang sedang berkonsentrasi terhadap bahan simakan

b. Keanehan-keanehan yang Terjadi di antara Pembicara dan Penyimak
Jika terjadi ketidakselarasan antara pembicara dan penyimak, akan terjadi gangguan pada diri penyimak.

c. Metode Pembicara yang Tidak Tepat dalam Situasi Komunikasi
Metode yang tidak tepat, akan berakibat gagalnya alur komunikasi pembicara dan penyimak.



d. Pakaian Pembicara
Pembicara yang memakai pakaian yang berlebihan akan mengganggu konsentrasi penyimak.Pembicara yang tidak menarik.
2. Menelaah Materi Simakan





Untuk menelaah materi simakan, penyimak dapat melakukan hal-hal berikut ini:(a) mencari arah dan tujuan pembicaraan, (b) mencoba membuat penggalan-penggalan pembicaraan dari awal sampai akhir, (c) menemukan tema sentral (pokok pembicaraan), (d) mengamati dan memahami alat peraga (media) sebagai penegas materi simakan. (e) memperhatikan rangkuman (jika pembicara membuat rangkuman) yang disampaikan pembicara.
3. Menyimak dengan Kritis

Yang dimaksudkan dengan menyimak kritis ialah aktivitas menyimak yang para penyimaknya tidak dapat langsung menerima gagasan yang disampaikan pembicara sehingga mereka meminta argumentasi pembicara. Pada dasarnya penyimak kritis memiliki ciri-ciri: (a) dapat menghubungkan yang dikaitakan pembicara dengan pengetahuan dan pengalamannya, (b) dapat menyusun bahan yang telah disimak dengan baik (reproduksi), (c) dapat menguraikan (menelaskan) apa saja yang telah disampaikan pembicara. dan (d) dapat melakukan evaluasi terhadap bahan yang telah disimak.4. Membuat Catatan

Kegiatan menyimak yang baik ialah kegiatan menyimak yang diikuti dengan kegiatan mencatat. Yang perlu dicatat dalam kegiatan menyimak ialah hal-hal. yang dianggap penting bagi penyimak. Catatan itu merupakan langkah awal dalam memahami bahan simakan. Hal-hal penting yang perlu diketahui penyimak dalam mencatat ialah: (a) catatan boleh menggunakan tanda-tanda yang bersifat informal. (b) bentuk catatan yang benar ialah singkat, padat, dan jelas. (c) catatan yang baik ialah catatan yang benar artinya catatan itu tidak akan menimbulkan keraguan, (d) catatan yang diberi tanda-tanda tertentu, akan mempermudah penyimak membaca ulang, (e) catatan perlu direviu secara periodik. Selanjutnva. dalam pencatatan, ada beberapa metode yang dapat diterapkan, di antaranya ialah metode kerangka saris bestir, metode precis, metode bukti-prinsip, metode pemetaan.

Penyimak yang baik apabila individu mampu menggunakan waktu ekstra untuk mengaktifkan pikiran pada saat menyimak. Ketika para siswa menyimak, perhatiannya tertuju pada objek bahan simakan. Pada saat itulah akan didapatkan proses menyimak yang efektif, menyimak yang lemah, dan menyimak yang kuat, sebagaimana dikemukakan oleh Campbell, dkk (2006:16) pada tabel berikut ini. a. No Menyimak yang Efektif Menyimak yang Lemah Menyimak yang Kuat


Temukan beberapa area minat Menghilangkan pelajaran yang “kering” Menggunakan peluang dengan bertanya “Apa isinya untuk saya?”

b. Nilailah isinya, bukan penyampaiannya Menghilangkannya jika penyampaiannya jelek Menilai isi, melewati kesalahan-kesalahan penyampaian

c. Tahanlah semangat Anda Cenderung berargumen Menyembunyikan penilaian sampai paham

d. Dengarkan ide-ide Menyimak kenyataan Menyimak tema inti

e. Bersikap fleksibel Membuat catatan intensif dengan memakai hanya satu sistem Membuat catatan lebih banyak. Memakai 4-5 sistem berbeda tergantung pembicara.

f. Bekerjalah saat menyimak Pura-pura menyimak Bekerja keras, menunjukkan keadaan tubuh yang aktif

g. Menahan gangguan Mudah tergoda Berjuang/menghindari gangguan, toleransi pada kegiatan-kegiatan jelek, tahu cara berkonsentrasi
h. Latihlah pikiran anda Menahan bahan yang sulit, mencari bahan yang sederhana Menggunakan bahan yang padat untuk melatih pikiran

i. Bukalah pikiran anda Setuju dengan informasi jika mendukung ide-ide yang terbentuk sebelumnya Mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda sebelum membentuk pendapat.

j. Tulislah dengan huruf besar tentang fakta karena berpikir lebih cepat daripada berbicara Cenderung melamun bersama dengan pembicara yang lemah Menantang, mengantisipasi, merangkum, menimbang bukti, mendengar apa yang tersirat.

Teknik Pembelajaran Menyimak menurut Tarigan (1086: 52-73) sebagai berikut:

1. Dengar-Ulang Ucap

Model ucapan yang akan didengarkan dipersiapkan secara cermat oleh guru. Isi model ucapan dapat berupa fonem, kata, kalimat, ungkapan, kata-kata mutiara, semboyan, dan puisi-puisi pendek. Model itu dapat dibacakan atau disajikan dalam bentuk rekaman. Model ini disimak dan ditirukan oleh siswa.

2. Dengar – tulis (dikte)

Dengar – tulis (dikte) mirip dengan Dengar – ulang ucap. Model ucapan yang digunakan dalam Dengar – ulang ucap dapat digunakan dalam Dengar – tulis. Dengar – ulang ucap menurut reaksi bersifat lisan, sedangkan sedangkan Dengar – tulis menuntut reaksi yang bersifat tulisan.

3. Dengar – Kerjakan

Model yang digunakan dalam metode ini berisi kalimat – kalimat perintah. Siswa yang menyimak isi ucapan meresons sesuai dengan instruksi yang kemudian reaksi yang biasa digunakan dalam bentuk perbuatan.

4. Dengar – Terka

Dalam teknik pengajari menyimak ini, guru menyusun deskripsi sesuatu benda tanpa menyebutkan nama bendanya. Deskripsi dibacakan atau disajikan melalui rekaman kepada siswa. Siswa menyimak teks lisan dengan seksama, kemudian menerka isinya.

5. Memperluas Kalimat

Guru menyebutkan sebuah kalimat. Siswa mengucapkan kembali kalimat tersebut. Kembali guru mengulangi mengucapkan kalimat tadi. Kemudian guru mengucapkn kata atau kelompok kata lain. Siswa melengkapi kelompok kata yang disebutkan terakhir oleh guru. Hasilnya adalah kalimat yang diperluas.

6. Menemukan Benda

Guru mengumpulkan sejumlah benda. Benda – benda tersebut sebaiknya sudah pernah dikenalkan oleh para siswanya. Benda – benda itu dimasukan dalam sebuah kotak terbuka. Kemudian guru menyebutkan nama sesuatu benda. Siswa mencari benda yang baru diucapkan guru. Bila bendanya sudah ditemukan, kemudian ditunjukan kepada guru.

7. Siman Berkata

Seorang siswa berperan sebagai Siman dan maju kedepan kelas. Setiap Siman berkata, “…” siswa lainnya menurutinya. Tetapi Siman hanya mengucapkan “…” siswa lain tidak boleh mengikutinya. Kecermatan menyimak ucapan Siman menentukan pemberian reaksi yang tepat atau salah. Siswa yang salah mendapatkan hukuman.

8 Bisik Berantai

Guuru membisikan satu kalimat kepada siswa yang paling depan atau yang pertama. Siswa tersebut menyampaikan kalimat tadi dengan cara membisikannya ketelinga siswa berikutnya. Demikian seterusnya hingga sampai akhir. Siswa terakhir menucapkan kalimat tadi dengan suara nyaring atau menuliskan hasil kalimat yang ditangkap.

8. Menyelesaikan Cerita

Guru membagi beberapa kelompok siswa kemudian menyuruh salah satu kelompok untuk membuatkan cerita, setelah selesai kemudian disuruh maju kedepan dan membacakan hasil cerita. Ditengah – tengah bercerita guru menghentikan pembacaan cerita tersebut kemudian menyuruh kelompok lain menyimak cerita untuk melanjutkan cerita yang telah dibacakan hingga berturut – turut dilakukan oleh setiap kelompok hingga cerita berakhir.
9. Identifikasi Kata Kunci

Setiap kalimat, paragraf ataupun wacana selalu memiliki sejumlah kata yang dapat mengungkapkan isi keseluruhan kalimat, paragrap atau wacana. Kemudian menggunakan kata – kata kunci untuk mewakili isi keseluruhan. Siswa diminta utuk menyimak dan mengingat – ingat kata – kata kunci yang merupakan inti pembicaraan. Melalui perakitan kata kunci menjadi kalimat – kalimat utuh kita sampai pada isi singkat bahan simakan. 10 Idenfikasi Kalimat Topik

Setiap paragraf mengandung minimal dua unsure. Pertama ialah kalimat topic, dan yang kedua ialah pengembang. Yang posisi kalimat topiknya dibagian depan atau dibagian akhir paragraf ataupun kadang – kadang ditemukan ditengah – tengah paragraph. Memahami paragraph dan kalimat topic setiap paragraph. Wacana dibangun oleh sejumlah paragraph. Bila siswa dapat mengidentifikasi kalimat topic setiap paragraph yang membangun wacana tersebut maka pemahaman wacana terwujud.

11. Menyingkat atau merangkum

Menyimak bahan simakan yang relatif panjang dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu diantaranya dengan cara menyingkat atau merangkum isinya dalam beberapa kalimat. Merangkum berarti membuat bahan simakan yang panjang menjadi sedikit mungkin. Namun, yang sedikit itu dapat mewakili yang panjang.

12. Paraphrase (Guru memperdengarkan puisi, siswa menceritakan isi puisi)

Suatu cara yang biasa digunakan untuk memahami isi puisi ialah dengan cara mengutarakan isi puisi itu dengan kata-kata sendiri dalam bentuk prosa. Puisi yang sudah direkam atau dibacakan guru diperdengarkan kepada siswa. Mereka menyimak isinya dan mengutarakan kembali dalam bentuk prosa.



13 Menjawab Pertanyaan

Cara lain untuk mengajarkan cara menyimak yang efektif ialah melalui latihan menjawab pertanyaan apa, siapa, mengapa, di mana, dan bilamana. Pertanyaa-pertanyaan itu diajukan atas dengan mengacu pada bahan simakan yang telah diperdengarkan kepada siswa.



Daftar Pustaka

Buku Modul Bahasa Indonesia 3 PGSD Universitas PGRI Yogyakarta

http://zonafiyora.blogspot.com/2013/02/teknik-pembelajaran-menyimak.html





FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN MENYIMAK


 

Menurut pendapat Michael (1991:108) faktor-faktor yang penting dalam keterampilan menyimak dalam kelas adalah siswa menuliskan butir-butir penting bahan simakan terutama yang berhubungan dengan bahan simakan. Untuk dapat mengajarkan menyimak sampai pada pemahaman, guru perlu menyusun bahan simakan. Penyusunan materi menyimak pun tidak asal mendapatkan materi saja, tetapi ada beberapa yang harus diperhatikan guru dalam penyusunan materi ini di antaranya: 

  •     sasaran kegiatan siswa

  • sasaran kompetensi siswa,

  • metode pembelajaran, dan

  • faktor keberhasilan menyimak (Budiman, 2008:2).

Menurut pendapat Rost (1991:108) bahwa faktor-faktor yang penting dalam keterampilan menyimak dalam kelas adalah siswa menuliskan butir-butir penting bahan simakan terutama yang berhubungan dengan bahan simakan. Pendapat lain menurut Tarigan (1994:62),     komponen/faktor-fantor penting dalam menyimak adalah sebagai berikut.

  • Membedakan antar bunyi fonemis,

  •  Mengingat kembali kata-kata,

  •  Mengidentifikasi tata bahasa dari sekelompok kata. 

  • Mengidentifikasi bagian-bagian pragmatik, eskpresi, dan seperangkat penggunaan yang   berfungsi sebagai unit sementara mencari arti/makna 

  • Menghubungkan tanda-tanda linguistik ke tanda-tanda para linguistik (intonasi) dan ke nonlinguistik (situasi yang sesuai dengan objek supaya terbangun makna, menggunakan pengetahuan awal (yang kita tahu tentang isi dan bentuk dan konteks yang telah siap dikatakan untuk memperkirakan dan kemudian menjelaskan makna. 

  •   Mengulang kata-kata penting dan ide-ide penting.

Selain itu, masih ada beberapa faktor penting dalam keterampilan menyimak, di antaranya:

  1. Unsur Pembicara

         Pembicara haruslah menguasai materi, penuh percaya diri, berbicara sistematis dan kontak dengan  penyimak juga harus bergaya menarik / bervariasi

           2. Unsur Materi

    Unsur yang diberikan haruslah aktual, bermanfaat, sistematis dan seimbang. Materi yang disusun pun sebaiknya memperhatikan tingkat perkembangan siswa. Tema materi yang dipergunakan sebaiknya bervariatif. Dengan demikian, siswa kita tidak akan jenuh belajar dan pembelajaran menyimak menjadi menyenangkan.

           3. Unsur Penyimak / Siswa

  • Kondisi siswa dalam keadaan baik 

  •  Siswa harus berkonsentrasi 

  •  Adanya minat siswa dalam menyimak 

  •  Penyimak harus berpengalaman luas     

    4. Unsur Situasi

a.       Waktu penyimakan

b.      Saran unsur pendukung

c.       Suasana lingkungan, yang mempengaruhi tersebut memberikan kenyataan bahwa siswa dapat menyimak bahan dengan baik atau tidak. Harus dihindari faktor lingkungan yang akan berpengaruh buruk bagi keberhasilan pengembangan kompetensi menyimak. Faktor tersebut misalnya minimnya fasilitas (tidak ada laboratorium), suasana menyimak tidak nyaman (ruangan telalu lebar, kelas di sebelah kita terlalu berisik).